1.
Definisi Pengawasan
Pengawasan bisa
didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk
membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut
dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa
sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam
mencapai tujuan.
Menurut
Para Ahli tentang Pengawasan :
1. George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150)
menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat
mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan
pekerjaan organisasi.
3. Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan
pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
3. Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17)
menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai,
mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila
diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
4. Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan
bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan
hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
2.
Bentuk - Bentuk Pengawasan
Donnelly, et al. (dalam
Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan (preliminary
control).
2. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
3. Pengawasan Feed Back (feed back control)
2. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
3. Pengawasan Feed Back (feed back control)
1. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).
Pengawasan yang terjadi
sebelum kerja dilakukan. Pengawasan Pendahuluan menghilangkan penyimpangan
penting pada kerja yang diinginkan yang dihasilkan sebelum penyimpangan
tersebut terjadi. Pengawasan Pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna
memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya
dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan pada organisasi-organisasi. Sumber-sumber daya ini harus memenuhi syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang bersangkutan.
Dengan ini, manajemen
menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan aturan-aturan
yang ditujukan pada hilangnya perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak
diinginkan di masa depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka
kebijaksanaan-¬kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan
masa mendatang.
Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.
2.
Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
Pengawasan yang terjadi
ketika pekerjaan dilaksanakan. Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna
memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama
terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para
bawahan mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
• Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode¬-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.
• Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
3.
Pengawasan Umpan Balik (feed back control)
Pengawasan Feed Back yaitu
mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan
yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan yang dipusatkan
pada kinerja organisasional dimasa lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah
proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi aktual. Sifat kas dari
metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan
perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi
tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back
yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
• Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
• Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
• Pengawasan Kualitas (Quality Control)
• Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)
• Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
• Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
• Pengawasan Kualitas (Quality Control)
• Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)
3.
Tahap – Tahap Proses Pengawasan
1. Tahap
Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai
sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2.
Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
3.
Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang
berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode,
pengujian, dan sampel.
4.
Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui
penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi
demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.
5.
Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam
pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam
pelaksanaan.
Menurut
Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
a. Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
b. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
c. Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Menurut
G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4
tahapan, yaitu:
1. Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
2. Mengukur pelaksanaan
3. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
4. Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.
Terry
(dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri daripada suatu proses yang
dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
1. mengukur hasil pekerjaan,
2. membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan),
3. mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan
4.
Perancangan Proses Pengawasan
Wiliam
H. Newman menetapkan prosedure sistem pengawasan dimana
dikemukakan 5 jenis pendekatan, yaitu:
1) Merumuskan hasil yang di inginkan
Yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
Yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2)
Menetapkan penunjuk hasil
Dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
• Pengukuran input
• Hasil pada tahap awal
• Gejala yang dihadapi
• Kondisi perubahan yang diasumsikan
Dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
• Pengukuran input
• Hasil pada tahap awal
• Gejala yang dihadapi
• Kondisi perubahan yang diasumsikan
3)
Menetapkan standar penunjuk dan hasil
Dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
Dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada standar.
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada standar.
5)
Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Berdasarkan uraian di
atas, bahwa proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan
organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi
pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana,
sehingga pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik,
dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses
pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik
buruknya pelaksanaan suatu rencana.
5.
Management By Exception (MBE)
Manajemen pengecualian adalah teknik
pengawasan yang memungkinkan hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan
dan kinerja aktual yang mendapatkan perhatian dari wirausahawan. Manajemen
penegecualian didasarkan pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen yang
muncul paling awal pada literatur manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan
bahwa bawahan menangani semua persoalan rutin organisasional, sementara
wirausahawan menangani persoalan organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
Pada Management By Exception (MBE)
seorang manajer untuk dapat melakukan pengendalian atas bagian yang menjadi
tanggungjawabnya harus didukung oleh tersedianya :
1. Informasi
mengenai apa yang telah dan sedang dicapai pada unit kerjanya.
2. Standar
kinerja yang dapat menunjukkan apa yang harus dicapai oleh unit kerjanya.
Standar yang dikombinasikan dengan
output informasi misalnya laporan penjualan maka memungkinkan terjadinya
Management By Exception. MBE adalah gaya atau tindakan yang dilakukan manajer
apabila terjadi letidalsesuaian antara Kinerja Aktual( apa yang telah dan
sedang dicapai ) dengan Standar Kinerja ( apa yang harus dicapai).
Contoh :
Contoh :
·
Seorang manajer menetukan bahwa jumlah produksi Susu Bantal Real Good dalam
sehari harus ada 50.000 bungkus sampai 75.000 bungkus. Karena suatu waktu
dimana saat kapasitas tenaga kerja lebih banyak bekerja (lembur) maka jumlah
produksi Susu Bantal Real Good meningkat drastis menjadi 94.000 bungkus hari
itu. Maka saatnya MBE beraksi. Manajer memikirkan dan mengambil keputusan yang
harus dilakukan oleh kelebihan produksi.
·
Keputusan
yang dapat diambil antara lain:
1.
Menyimpan sisa produksi susu bantal di gudang untuk persediaan stock.
2. Menjual
kepada agen atau eceran terdekat dengan harga yang terjangkau.
3.
Mempromosikan untuk penjualan sebagai hadiah atau sampel.
Dalam mengambil
keputusan manajer harus diperhitungkan :
1.Manajer tidak membuang waktu memantau
aktivitas yang berlangsung secara normal
2.Keputusan dapat lebih terfokus pada
hal hal yang lebih memerlukan perhatian.
3.Perhatian dipusatkan pada
peluang-peluang maupun hal hal yang berjalan
6.
Management Information System (MIS)
MIS yaitu suatu metoda
informal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan
dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan
memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi
yang dilaksanakan secara efektif.
MIS
dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.
1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.
Kriteria
agar MIS berjalan efektif, yaitu :
• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai system
Sedangakan
kriteria utama MIS efektif yaitu :
• Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
• Tepat waktu dalam pemakainya
• Menekan biaya secara efektif
• System yang digunakan harus tepat dan akurat
• Dapat diterima oleh yang bersangkutan
7.
Perbedaan Tipe Metode Pengawasan
1. Pengawasan
Kuantitatif
Pengawasan
kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa
teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1. Anggaran
- anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
- anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (HRA)
2. Audit
Internal Audit
Tujuan : membantu
semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara
mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan
mereka.
2. Pengawasan
Non-kuantitatif
Pengawasan
non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi
prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan
adalah:
1. Pengamatan
(pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2. Inspeksi
teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3. Laporan
lisan dan tertulis, Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yg
dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif
lebih cepat.
4. Evaluasi
pelaksanaan.
5. Diskusi
antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini
dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat
didiagnosis dan dipecahkan bersama.
6. Management
by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yg signifikan
antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip
pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua
kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
PENTINGNYA
PENGAWASAN
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
1. Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
2.
Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3. Meminimalisasikan tingginya
kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4.
Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
• Komunikasi
• Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
• Komunikasi
• Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan
tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu
; Pengawasan Pendahuluan (preliminary control),Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).
Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan),
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan
dengan standard dan penganalisa penyimpangan –penyimpangan, Pengambilan
tindakan koreksi.
Perancangan proses
pengawasan diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di inginkan, Menetapkan
penunjuk hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan
informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Bidang strategik dalam pengawasan ialah Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer
dan Bawahan, dan Operasi-operasi Produktif. Alat-alat pengawasan yang paling
umum ialah Manajemen Pengecualian (Management by Exception), Management
Information System (MIS), Analisa Rasio dan Penganggaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar